Layanan Pembayaran Digital Harus Melakukan Ini Untuk Menjaga Kepercayaan Publik

Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) mengingatkan Pandu Sjahrir penyedia layanan pembayaran digital untuk menjunjung dan menjaga kepercayaan masyarakat terkait perlindungan data.

Hal tersebut belum lama ini diungkap Pandu tentang berbagai macam kebocoran data pengguna di berbagai layanan digital.

Pandu mengatakan undang-undang privasi yang akan disahkan usai talkshow DANA dan Sinar Mas di Jakarta, Kamis (26/8/2022), merupakan hal yang baik.

Baca juga :

Presiden AFTECH “Saya punya cerita hukum tentang informasi pribadi yang akan segera muncul. Adalah baik untuk menangani semua ini “.

How to Pay Electricity Bills Via Paytm, BHIM and PhonePe

Pandu menambahkan, jika RUU PDP disahkan, maka akan mendukung pembayaran digital. “Karena itu artinya fintech atau teknologi lintas masyarakat. Jadi menurut saya itu sangat penting,'” tambahnya.

Pandu mengakui tidak ada pelayanan yang sempurna mengingat perkembangan yang pesat.

“Pasti ada satu atau dua hal yang mungkin tidak sempurna, dan harus selalu ditingkatkan,” kata Pando.

Sementara itu, karena penetrasi smartphone yang tinggi, kemungkinan penggunaan pembayaran digital di masyarakat masih lebih besar dibandingkan saat ini.

Vince Iswara, CEO dan co-founder DANA Indonesia, mengomentari tren pembayaran digital di Indonesia, “Anda dapat melihat bahwa transaksi di Indonesia meningkat, tetapi kenyataannya jauh lebih banyak.

Vince mengatakan dalam sebuah talk show di Jakarta, Kamis (25/8/2020) bahwa penetrasi HP di Indonesia sudah mencapai sekitar 72%.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memiliki akses pembayaran digital.

Selain itu, menurut co-founder DANA, data lain pada tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 57% penduduk Indonesia telah melakukan setidaknya satu upaya pembayaran digital.

Namun, dalam hal jumlah pembayaran atau penetrasi nilai, pembayaran digital hanya menyumbang sekitar 10-11% dari total ritel.

“Jadi ke depan, payability Indonesia akan jauh lebih besar dari yang kita perkirakan saat ini,” tambah Vince.

Salah satu solusi yang menunjukkan potensi tren pembayaran digital yang berkembang di Indonesia adalah adanya pembayaran melalui QRIS yang saat ini telah mencapai sekitar 20 juta QRIS di banyak merchant di Indonesia.

Vince menambahkan: “Jika Anda melihat penerimaan, itu benar-benar dapat diakses. Jadi sekarang kita harus mencari tahu bagaimana orang beradaptasi.”

Genta Wira Anjalu, Chief Innovation Officer Sinarmas Asset Management, mengungkapkan dalam sebuah survei bahwa ada pergeseran kebiasaan pembayaran di antara Gen Z, Gen Y, dan Gen X.

Ginta mengatakan, “Gen X biasanya menempati urutan pertama dan menggunakan kartu kredit dan debit dan uang tunai, tetapi ketika Gen Z menghilang, smartphone dan uang tunai menjadi yang utama.”

Jinta mengatakan, di Indonesia sendiri, jumlah penduduk Gen Z adalah 34% dari total penduduk Indonesia. Apalagi pada tahun 2030, diperkirakan pendapatan Generasi Z akan melebihi generasi millennial.

Jinta mengatakan, “Sangat mungkin jika Indonesia memiliki potensi terbesar di ASEAN, mengingat peluang yang luar biasa dari Generasi Z.”

Jinta juga mengatakan bahwa pada tahun 2021, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai $72 miliar pada tahun 2021 dan $146 miliar pada tahun 2025.